KETIK, PALEMBANG – Ketiadaan susu pada menu makan bergizi gratis (MBG) di Kota Palembang sempat menuai kritikan dari sejumlah pihak, terutama dari kalangan siswa. Sebab pada saat sosialisasi serta simulasi yang pernah digelar pada 21 November 2024 lalu, Pemerintah Kota Palembang memasukkan susu sebagai salah satu sajian dalam menu MBG.
Persoalan ini pun ditanggapi oleh Penanggung Jawab Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Ilir Barat I Kota Palembang, M Dicky Alghaffar. Menurut Dicky, pengadaan susu sebagai menu MBG terkendala pada kemasan yang digunakan.
Dia menjelaskan, jika susu dimasukkan ke dalam menu, maka kemasan susu tersebut akan menimbulkan sampah dan menjadi masalah baru. Oleh karena itu, pihaknya mengganti susu dengan telur untuk mendapatkan gizi yang serupa.
“Ini sudah arahan dari pusat. Susu kita terkendala pada kemasan, sehingga akan menyebabkan sampah. Maka dari itu, kita substitusikan telur sebagai pengganti susu,” kata Dicky, Rabu 8 Januari 2025.
Dia juga menyangkal anggapan masyarakat yang menilai bahwa ketiadaan susu membuat porsi makan anak menjadi tidak sempurna. Dicky memaparkan, pemerintah menggunakan angka kecukupan gizi (AKG) sebagai patokan menu, bukan anjuran 4 sehat 5 sempurna seperti yang diketahui banyak orang.
“Tidak ada susu tidak sempurna? Tidak seperti itu. Itu bisa digantikan dengan yang lain, bisa diganti dengan telur. Karena kita kan patokannya dengan AKG, jadi kandungan gizinya disesuaikan dengan usia anak,” terusnya.
Wadah makanan yang telah digunakan oleh siswa-siswi SD Negeri 25 Kota Palembang tertumpuk di lorong utama gedung sekolah, Rabu 8 Januari 2025. (Foto: Wisnu Akbar Prabowo/Ketik.co.id)
Untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan yang disajikan kepada siswa, Dicky mengaku, anggaran MBG bagi siswa TK dan SD di Kota Palembang dinaikkan menjadi Rp8 ribu per porsi—setelah sebelumnya ditetapkan nilainya sebesar Rp6 ribu per porsi.
Anggaran itu, tegas Dicky, betul-betul dipakai untuk membeli bahan makanan dan tidak diganggu gugat dengan biaya lainnya. Hal ini juga mempermudah pembelian bahan yang lebih bervariasi agar anak sekolah tidak bosan dengan makanannya.
“Untuk itu, biaya untuk TK dan SD ada perubahan. Dari sebelumnya Rp6 ribu menjadi Rp8 ribu. Kita juga melakukan perubahan menu dengan dibikin lebih bervariasi, tiap hari berbeda dan menu-menunya juga yang disukai anak-anak,” tutur Dicky.
Ahli Gizi dari Puskesmas Pakjo Kota Palembang, Merisa Sri Riskiah membenarkan bahwa porsi MBG harus disesuaikan dengan AKG anak-anak. Pada dasarnya, anak-anak memerlukan karbohidrat, protein nabati dan hewani, vitamin, mineral, kalsium, serta serat untuk menunjang pertumbuhan.
Untuk porsinya sendiri, anak-anak SD, lanjut Merisa, butuh setidaknya 40 gram protein hewani dan 20 gram protein nabati. Sementara, anak-anak SMP butuh sekitar 50-60 gram protein hewani dan 30-40 gram protein nabati.
Lebih lanjut, Merisa menjelaskan, kebutuhan kalsium anak juga bisa dipenuhi dengan pisang tanpa harus meminum susu. Menurutnya, pisang merupakan buah dengan sumber kalsium tinggi untuk membantu pertumbuhan anak.
“Dulu kita tahunya 4 sehat 5 sempurna, kalau sekarang istilahnya gizi seimbang. Itu mencakup karbohidrat dari nasi, kemudian protein, vitamin, mineral, kalsium, dan serat. Kalau dari penampakannya ini sudah mencukupi,” kata dia. (*)