Solusi Mengatasi Banjir, DPRD Surabaya Minta Pemkot Tata Ulang Sistem Drainase

Jurnalis: Shinta Miranda
Editor: Aziz Mahrizal

12 Desember 2024 21:03 12 Des 2024 21:03

Thumbnail Solusi Mengatasi Banjir, DPRD Surabaya Minta Pemkot Tata Ulang Sistem Drainase Watermark Ketik
Wali Kota Surabaya saat meninjau penyebab banjir. (Foto: Humas Pemkot Surabaya)

KETIK, SURABAYA – DPRD Surabaya menyoroti penanganan banjir yang kurang maksimal. Pemkot Surabaya dimintai memaksimalkan penataan saluran air atau drainase.

Ketua Komisi C DPRD Surabaya Eri Irawan mengungkapkan penanganan banjir perlu terus dilakukan secara berkelanjutan.

"Situasi lapangan sangat dinamis dan penuh tantangan yang kompleks. Belum lagi kita juga harus detil karena karakteristik banjir di Surabaya yang beda-beda," terangnya saat berada di Gedung DPRD Surabaya, pada Kamis 12 Desember 2024.

Eri merinci banjir di Surabaya terbagi beberapa karateristik, mulai banjir rob karena pasang air laut dan banjir kiriman dari daerah hulu sekitar Surabaya, dan banjir lokal.

"Akibat masifnya ekspansi permukiman-bangunan komersial yang membuat semua lahan kosong yang bisa menjadi penyerap air semakin berkurang," terangnya.

Politisi PDIP ini juga menjelaskan secara topografi, kota Pahlawan ini relatif datar dan sebagian lagi cekung. Banjir lokal ini bisa berpotensi lebih parah jika tidak dapat menyediakan saluran yang prima.

"Sehingga air permukaan akan semakin lambat dialirkan ke muara sungai besar atau laut. Dan banjir lokal ini yang cukup mendominasi di Surabaya," papar Eri.

"Kami mendorong Pemkot Surabaya untuk terus melakukan penataan sistem drainase secara lebih baik lagi. Kami melihat daerah-daerah yang sistem drainasenya sudah rampung 100%, alhamdulillah sudah tidak banjir," imbuh Eri.

Kota Surabaya saat ini masih ada genangan, tapi lama surutnya sudah relatif cepat dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Eri mencontohkan beberapa daerah yang mengalami genangan dengan surut lebih cepat yaitu Ketintang Madya, Pucang Anom, sebagian Kapasari, Jalan Randu, Nambangan, Dharmawangsa, Karang Tembok, dan beberapa titik lagi.

"Tetapi memang ada beberapa titik yang sistem drainasenya belum rampung, dan itu berdampak ke tingkat keparahan genangan. Misalnya di Tambak Mayor, bagian barat Demak, PBI, Tidar, Genting Kalianak," jelasnya.

Eri mengungkapkan ada beberapa langkah terintegrasi yang harus terus dilakukan. Pertama, pengelolaan sistem drainase harus semakin baik, mulai dari saluran primer, sekunder, dan tersier, termasuk saluran-saluran harus saling terhubung, sehingga air bisa mengalir lancar

"Ini juga harus diikuti dengan normalisasi saluran secara intensif. Ada ribuan saluran primer, sekunder, tersier, yang harus rutin dimonitor kerja normalisasinya untuk meningkatkan kapasitas aliran air," ucapnya.

Kedua, terus menambah dan merawat tampungan air, waduk, bozem, dan sebagainya. Termasuk perlu kolaborasi dengan para pelaku usaha properti skala besar agar disiapkan dalam skema pengembangan bisnisnya.

Ketiga, kerja kolaborasi dengan pengelola daerah aliran sungai (DAS) seperti dengan BBWS, juga ada badan usaha seperti Perum Jasa Tirta.

"Misalnya soal Kali Jagir yang kemarin kami dapat laporan soal perlunya perbaikan tanggul kumbung kali jagir yang sebagian masuk wilayah Sukolilo," jelas Eri.

"Alhamdulillah sudah berjalan lancar. Banyak sekali PR yang harus diselesaikan bersama Pemkot dan BBWS Brantas," imbuh Eri.

Sedangkan untuk banjir rob, beberapa waktu lalu pihaknya sudah diskusi dengan dinas dan akademisi ITS untuk kaji berbagai formulasi, seperti tanggul laut yang juga tidak melulu berarti bangunan, tapi juga bisa dengan memperkaya mangrove sebagai tanggul laut alami.

"Dari sisi manajemen aliran airnya, perlu pembangunan pompa dan pintu air yang menuju laut (titik krusial yang perlu rumah pompa dan pintu air di antaranya adalah Romokalisari, Sememi, dan Kalianak)," pungkas Eri Irawan. (*)

Tombol Google News

Tags:

DPRD Surabaya Eri Irawan Ketua Komisi C PDIP  banjir Surabaya