Meminimalkan Dampak Puting Beliung, Begini Penjelasan Pakar Mitigasi Bencana ITS

Jurnalis: Shinta Miranda
Editor: Aziz Mahrizal

3 Desember 2024 21:10 3 Des 2024 21:10

Thumbnail Meminimalkan Dampak Puting Beliung, Begini Penjelasan Pakar Mitigasi Bencana ITS Watermark Ketik
Pembersihan pohon tumbang karena angin puting beliung di Kota Surabaya. (Foto: Humas Pemkot Surabaya)

KETIK, SURABAYA – Puting beliung memorak-porandakan Kota Surabaya, beberapa waktu lalu. Dampaknya, total 102 rumah rusak, 22 pohon tumbang dan seorang warga terluka.

Pakar mitigasi kebencanaan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyoroti pentingnya pemeriksaan infrastruktur dan sinergi seluruh pihak agar masyarakat selalu siap menghadapi kondisi yang tak terduga.

Peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS Dr Ir Amien Widodo MSi mengatakan bahwa perubahan iklim global memicu terjadinya cuaca ekstrem. Salah satunya, puting beliung yang kian meningkat frekuensi, kekuatan angin, kecepatan, dan jangkauan wilayah terdampaknya.

“Fenomena ini dikaitkan dengan keberadaan awan Cumulonimbus, yang menghasilkan angin berputar dengan kecepatan tinggi kurang dari lima menit,” jelasnya melalui keterangan tertulis pada Selasa 3 Desember 2024.

Puting beliung sering kali membuat kerusakan rumah atau pohon. Padahal, menurut Amien, terdapat faktor internal yang memengaruhi daya tahan struktur tersebut.

Sebagai contoh, pohon yang keropos, akarnya serabut, atau sudah tua akan lebih rentan roboh. Demikian pula, rumah dengan struktur atap yang tidak kokoh akan lebih mudah terdampak.

Berdasarkan hal tersebut, ia mengimbau masyarakat memeriksa kondisi rumah, pohon, dan infrastruktur lainnya secara berkala.

Selain itu, ia mengimbau masyarakat untuk lebih memperhatikan infrastruktur dan vegetasi yang berpotensi membahayakan.

Langkah paling sederhana, masyarakat dapat memastikan atap rumah terpasang dengan baik dan dalam kondisi kuat. Lingkungan sekitar juga perlu pengawasan seperti kondisi pohon dan tidak memasang benda berat di area pohon.

Ilmuwan Geologi ini menjelaskan, ITS juga telah mengambil langkah proaktif untuk membantu meminimalisasi dampak puting beliung.

Ia menekankan agar masyarakat untuk bersiap hadapi fenomena ini. Tak hanya itu, Amien juga sempat menyisipkan praktik pada salah satu mata kuliah di Departemen Teknik Geofisika ITS untuk menganalisis kondisi pohon di taman perkotaan Surabaya.

Lebih lanjut, Amien menegaskan, pendekatan triple helix yang melibatkan pemerintah, akademisi, dan masyarakat turut mendukung keberhasilan memantau kondisi lingkungan.

Masyarakat dapat segera melaporkan jika melihat adanya kondisi pohon yang tidak sehat dan kurang layak di sekitarnya.

Pemerintah daerah, khususnya Dinas Lingkungan Hidup (DLH), berperan penting untuk mengeksekusi penggantian pohon yang sudah tidak sehat.

“Peran akademisi sendiri berfokus pada pemetaan risk tree assessment di beberapa lokasi,” terang Amien.

Turut mendukung inovasi teknologi dan kesadaran dalam tanggap bencana, ITS juga sedang mengembangkan alat untuk memindai kesehatan pohon.

“Ke depannya, alat untuk mendeteksi kekosongan kambium yang berpotensi membuat pohon rentan roboh tersebut akan digunakan,” terang dosen Departemen Teknik Geofisika ITS tersebut.

Amien mengingatkan masyarakat untuk tetap mawas diri dan lebih baik berlindung di rumah ketika kondisi hujan lebat disertai petir.

“Sinergi kerja sama dan kesadaran kolektif seluruh pihak dapat meminimalkan dampak dari angin puting beliung dan tentunya keselamatan masyarakat bisa lebih terjamin,” pungkasnya.(*)

Tombol Google News

Tags:

angin Angin Puting beliung angin puting beliung Surabaya pakar ITS Pakar Geologi ITS Surabaya mitigasi bencana puting beliung